Laman

Kamis, 27 Oktober 2011

Aku Bisa !



AKU BISA

Karya : Risa Yuniar


                Aku terdiam seketika, seakan tidak percaya. Inilah diriku sekarang, yang sudah tumbuh dewasa, bukanlah seorang anak ingusan lagi. Aku tersenyum, dan masih dalam keadaan tidak percaya, rasa-rasanya baru kemarin aku merengek-rengek minta dibelikan boneka.
       Kini tubuhku sudah lumayan tinggi, tidak lagi sepinggang orang dewasa. Dan aku baru menyadari bahwa aku yang sekarang sangat berbeda dengan aku yang dulu, mulai dari fisik hingga tingkah laku. Sekarang aku tidak pernah lagi merengek-rengek apabila minta sesuatu, aku sudah mulai mandiri, dan aku bukan lagi seorang anak yang selalu membuntuti orang tuaku kemanapun mereka pergi.
       Fikiranku mulai melayang,  aku seakan berada di masa lalu, tepatnya pada saat usiaku masih 8 tahun, dan kakakku 18 tahun…
kami berangkat dari Tarakan menuju Tasik untuk menyusul ibuku yang sudah lebih dulu berangkat. Pagi ini  kami berangkat tepat pada pukul 06.00 WITA. Tidak lama kemudian, kami sampai di bandara Sepinggan untuk menunggu pesawat tujuan Yogyakarta. Setelah menunggu sekian lama di Balikpapan, akhirnya kami berangkat kembali menuju Yogyakarta pada pukul 12 siang.
Sesampainya di Yogyakarta, kami menginap di Magelang selama 3 hari. Hari rabu, bertepatan dengan dimulainya puasa ramadhan, aku dan kakakku bersiap-siap menuju Tasik pada pukul 06.00 WIB. Ini adalah kali pertama aku dan kakakku menyusuri pulau Jawa hanya dengan menaiki kendaraan umum, yaitu bus antar kota. Aku yakin, kakakku tidak begitu tahu rute-rute untuk sampai di Tasik, sesekali ia bertanya kepada orang ataupun supir bus.


Hari makin panas, kami sudah beberapa kali ganti bus, terminal demi terminal sudah kami lalui. Aku mulai mual, dengan segera kakakku mencari minyak kayu putih dan plastik. Setelah sampai di suatu terminal, ia langsung membawaku ke sebuah warung makan, dan menyuruhku untuk membatalkan puasa. Aku terpaksa menurutinya, karena keadaan perutku benar-benar tidak bersahabat. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan.
Hari sudah sore, aku sudah tidak kuat lagi, dan aku menangis sejadi-jadinya. Kakakku berusaha menenangkanku sambil menyuruhku istirahat.
“Tidurlah, biar nggak pusing”.
Aku mulai tenang, tetapi tetap tidak dapat untuk istirahat, bibirku tidak henti-hentinya bertanya pada kakakku, “Mas, kapan sampai?”.
Tidak lama kemudian, kami sampai di terminal, dan mencari lagi sebuah bus. Bus itu penuh, kakakku segera menggendongku sambil membawa koper. Yang ada dalam fikiranku hanya satu, aku ingin cepat sampai dan merebahkan tubuhku diatas tempat tidur.
Setelah lama berjalan, akhirnya bus itu berhenti. Aku bingung, kali ini bus itu tidak berhenti di terminal, melainkan di pinggir jalan. Kami berdua pun turun dari bus, kakakku langsung mengambil handponenya untuk menghubungi salah satu keluargaku. Setelah menutup handponenya, ia kemudian menghampiri pangkalan ojek, kami berdua pun melanjutkan perjalanan dengan mengendarai motor.
Motor itu berhenti, sesaat kemudian terlihat wajah ibuku, aku sangat bahagia dan langsung menghampirinya.
Aku tersadar dari lamunanku, setelah itu aku merenung, aku sadar betapa cengengnya aku, dan betapa tegarnya kakakku saat itu. Aku terus merenung, tidak mudah pastinya berada di posisi kakakku pada waktu itu. Masih muda, tidak berpengalaman, terlebih lagi membawa anak cengeng sepertiku. Tentu saja jika ada sesuatu yang terjadi pada waktu itu, dialah yang paling disalahkan. Aku salut kepada sikap mandiri dan sikap kasih sayang yang dicontohkan oleh seorang kakak kepada adiknya, yaitu aku.
Saat ini usiaku menginjak 16 tahun, dan sekarang aku berada di posisinya seperti waktu itu. Aku tersenyum kembali sambil bertekad, bahwa aku ingin menjadi seseorang yang tegar seperti kakakku. Dan kemudian kututupkan kedua mataku sambil berkata, “AKU BISA”.

0 komentar:

Posting Komentar