Laman

Kamis, 27 Oktober 2011

Essay "Pacaran"


ini salah satu essay yang dibuat anak bahasa yang terinspirasi dari kehidupannya saat ini..
Pacaran

“saya keluarkan banyak uang demi pendidikanmu tapi kamu di sekolah malah pacaran? Keterlaluan sekali. Bagus kamu sekalian tidak usah sekolah!”
Pedas sekali kata-kata dari ibu saya. Kalau saja ibu saya seorang “public figure” kata-kata itu bisa menjadi pro dan kontra di kalangan remaja. Pacaran? Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Definisi yang keren, kan? Banyak yang sering bertanya sama saya, sudah berapa kali kamu pacaran, Dylan? Dengan senyum saya menjawab belum pernah sama sekali. Biasanya air muka mereka terkejut, nyengir dan berkata saya bohong besar! Baiklah, ini pendapat saya tentang pacaran. Pacaran itu buang-buang waktu, energi, dan bikin penyakit. Saya, pribadi lebih suka hubungan yang casual alias santai dan tidak ada komitmen di antara keduanya. Istilah gaulnya sekarang adalah hubungan tanpa status. Saya memang tidak pernah pacaran tetapi berhubungan dengan orang tanpa status pernah dan percayalah, sama menyakitkannya dengan pacaran. Definisi teman saya tentang hubungan tanpa status, begini bunyinya:
“hubungan tanpa status sekilas seperti pacaran hanya saja tidak ada komitmen di dalamnya, cukup tahu perasaan masing-masing dan jalani apa adanya”


Kedengarannya seperti saya. Hubungan tanpa status saja bisa buat saya jungkir balik, siang terkenang malam terbayang apalagi kalau saya benar-benar di dalam sebuah hubungan? Saya memang suka tantangan tapi tidak berani ambil resiko seperti itu. Sederhana saja perbedaanya, terletak di status. Alasan saya tidak mau menjalin hubungan romantis dengan seseorang sekarang karena saya masih punya respect atau rasa hormat dengan orang tua saya dan soal perasaan saya memang paling tidak bisa berbohong. Saya sadari betul kalau pendidikan memang prioritas dan hasrat saya untuk pacaran di SMA tidak ada dan bukan berarti saya itu tidak normal. Sekolah, basket, dan teman-teman saya. Hal-hal tersebut cukup membuat saya sibuk sekarang.

Dan ditambah lagi saya sekarang kelas XII. Destinasi setelah pendidikan SMA adalah beban pikiran hampir semua pelajar seperti saya. Astaga, masa depan! Nah kan? tujuan saya tinggi sekali, tentu harus fokus untuk itu dan bukannya ngurusin hal-hal yang tidak penting di luar dari urusan pendidikan. Beri label "penting tingkat negara" untuk urusan SEKOLAH. SMA bawa enjoy aja. Hubungan kaya gitu jjangan dibawa serius. Boleh pacaran tapi semoga saja tidak menggangu urusan sekolah.Amin!

0 komentar:

Posting Komentar